Kamis, 15 Oktober 2015

MAKALAH MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN







MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 8
NAMA            :   JUMIATI (1202090131)
MULYANTI (1202090083)
ROZALINA
RAUZATUL JANNAH
NURAIDA
SEMESTER   :  7




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
MATANGGLUMPANGDUA
2015


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan di akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya Kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu, baik dukungan moril maupun materil, sehingga makalah yang berjudul “Model Pengembangan Sistem Pembelajaran” ini terselesaikan dalam waktu yang diharapkan.
            Kami menyadari sekali dalam penyusunannya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian, untuk itu besar harapan Kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah Kami di lain waktu.
Harapan terbesar dari penyusunan makalah ini ialah, semoga apa yang Kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin membaca dan menyempurnakan lagi.



Bireuen, 14 Oktober 2015


Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................  i
DAFTAR ISI .......................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................  1
A. Latar belakang ..............................................................................................  1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................  2
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................  2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................  3
1.   Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran ..........................................  3
2.   Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran ............................  4
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................  8
1.   Model Sistem Pengembangan Pembelajaran .................................................  8
2.   Pengertian Model Pembelajaran ....................................................................  8
3.   Macam-Macam Model Perencanaan Pembelajaran ......................................  9
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................  15
A. Kesimpulan ...................................................................................................  15
B. Saran .............................................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................  16
















Top of Form
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Model-Model Belajar dan Pembelajaran yang diterapkan saat ini berbeda dengan masa kini. Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, dan sekiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pembelajar untuk menentukan strategi belajarnya.
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction). Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu. Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai, diktat, dan rencana pembelajaran.
Pemanfaatan pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan. Pemanfaatan pembelajaran merupakan proses penentuan dan penggunaan prosedur-prosedur yang optimal untuk mencapai outcome yang optimal. Hasil dari pemanfaatan pembelajaran adalah program pembelajaran yang telah dimodifikasi sedemikan rupa sehingga menghasilkan efektivitas program yang optimal. Pemanfaatan pembelajaran menuntut pengetahuan tentang berbagai prosedur pemanfaatan, perpaduan prosedur yang optimal, dan situasi-situasi yang memungkinkan optimalisasi model-model pemanfaatan.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan beberapa model sistem pembelajaran yang saat ini telah dikembangkan oleh para ahli ilmu pendidikan. Dari beberapa model yang akan penulis bahas semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.


B. Rumusan Masalah
4.   Apa Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran?
5.   Apa Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran?
6.   Apa Pengertian Model Pembelajaran?
7.   Apa saja Macam-Macam Model Perencanaan Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1.   Mengetahui Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran
2.   Mengetahui Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran
3.   Mengetahui Pengertian Model Pembelajaran
4.   Mengetahui Macam-Macam Model Perencanaan Pembelajaran






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengembangan Sistem Pembelajaran
Pengembangan mengandung pengertian cara membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya (Husein dan Rahman,1997:28). Selanjutnya pengembangan sistem mengandung maksud cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen sistem agar setiap komponen tumbuh (dalam Husein dan Rahman,1997:28). Seterusnya Ely mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan sistem pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Istilah yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan disain instruksional. Menurut Baker (dalam Husein dan Rahman,1997:28), sistem instuksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pengembangan sistem pembelajaran dengan  sistem instruksional dan desain instruksional ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan sistem pembelajaran menekankan pada proses yang sistematis dan logis. Sistem instruksional menekankan pada materi dan metode; dan desain instruksional menekankan pada kebutuhan, tujuan, teknik, materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keterkaitan ini mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pembelajaran.




B. Dasar Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran
Pengembangan sistem instruksional perencanaan pembelajaran didasarkan atas empiris dan prinsip yang telah teruji.
1. Empiris
Pengembangan berdasarkan empiris berarti pengembangan yang berdasarkan pengalaman. Untuk pemerolehan pengalaman, banyak kegiatan yang telah dilakukan orang. Salah satu contoh kegiatan yang bersifat empiris ialah penelitian tentang kurikulum pendidikan.
Kurikulum sekolah pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1996/1997 telah mengalami tiga kali perubahan.
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1968 sering disebut Kurikulum 1986 diubah menjadi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1975 (sering disebut kurikulum 1975). Selama lebih kurang delapan tahun pemberlakuan Kurikulum 1986, pada tahun 1975 diubah dan disempurnakan menjadi Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 mulai berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai warga belajar. Kurikulum ini berlaku lebih kurang sembilan tahun, karena diubah menjadi Kurikulum Penddikan dasar dan Pendidikan menengah 1984 (sering disebut Kurikulum 1984).
Kurikulum 1994 adalah penyempurnaan Kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini komponen tujuan yang ingin dicapai siswa tetap ada, namun namanya yang pada Kurikulum 1984 disebut tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pada Kurikulum 1994 istilahnya tujuan pembelajaran umum (TPU), tujuan pembelajaran khusus (TPK). Sistem unit pun dilebur menjadi sistem tema/anak tema. Bahan pelajaran diganti istilahnya menjadi konsep pembelajaran. Pada pembelajaran harus terdapat empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
2. Prinsip yang Telah Teruji
Prinsip yang telah teruji senantiasa melalui langkah prosedur yang sistematis, pengamatan yang tepat, dan percobaan terkontrol.


a. Prosedur yang Sistematis
Prosedur yang dimaksud adalah suatu tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Aktivitas ini dilaksanakan langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem. Sistematis berarti satu langkah dengan langkah lainnya berhubungan saling berpengaruh, saling mendukung yang memungkinkan aktivitas itu berjalan lancar.
Komponen proses belajar mengajar adalah.
1)  Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama proses belajar mengajar ialah penentu tujuan. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran umum telah ditulis dalam Garis-Baris Besar Program Pengajaran (GBPP). Komponen tujuan pembelajaran adalah suatu tahap kegiatan belajar mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.
2)  Murid
Murid adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Murid dalam suatu kelompok harus memiliki karakteristik yang relatif sama. Untuk penentuan karakteristik lazim digunakan empat teknik penentukan karakteristik siswa, mengkaji dokumen, tes, wawancara, dan observasi.
3)  Guru
Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar. Tanpa profesionalisme suatu proses belajar mengajar tidak mungkin mencapai hasil yang baik. Keberadaan guru yang profesional mutlak menjadi dasar pengembangan sistem pembelajaran.
4)  Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus dikaji warga belajar. Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti siswa memiliki modal untuk mencapai rumusan tujuan pembelajaran. Konsep pembelajaran harus dikembangkan jadi bahan pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memperoleh macam-macam materi pembelajaran yakni fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dengan adanya pengembangan bahan pembelajaran yang teruji memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.
5)  Pendekatan/Metode/Teknik
Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari falsafah tentang bahasa dan pengajaran bahasa, seperti pendekatan komunikatif dan pendekatan alamiah. Teknik pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap langkah kegiatan. Teknik yang dapat digunakan seperti pemberian, penjelasan, diskusi. Pendekatan dan metode maupun teknik merupakan subsistem yang digunakan dalam pembelajaran.
6)  Media/Alat peraga
Penyampaian materi pembelajaran memerlukan media suatu alat. Alat yang digunakan dalam pembelajaran disebut media belajar (alat peraga). Alat ini digunakan hanya untuk membantu memperjelas siswa kepada hal-hal yang memang belum jelas. Media membentuk warga belajar terhindar dari verbalisme, karena sesuatu yang dikatakan ditunjukan dengan bendanya atau tiruannya.
7)  Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) warga belajar setelah mengkaji konsep pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dapat berupa evaluasi lisan, evaluasi tulisan, dan evaluasi perbuatan. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan  pertanyaan tulisan yang di jawab dengan lisan, atau pertanyaan lisan dijawab dengan lisan. Evaluasi tulisan diharapkan warga belajar menjawab dengan tulisan. Evaluasi perbuatan menekankan warga belajar untuk melakukan suatu kegiatan berupa motorik (gerak), seperti mengekpresikan suatu adegan bagian drama, menunjukkan perilaku senang/susah/sedih, dan sebagainya.
b. Pengamatan yang Tepat
Hasil pengamatan yang terkontrol dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.  Hal ini memungkinkan karena pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain; penelitian, perbuatan mengamati dengan penuh. Hasil pengamatan yang relevan diantaranya ialah pengamatan terhadap kebutuhan siswa dalam kemampuan menulis. Kesimpulan hasil pengamatan dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan, yaitu diantaranya dalam hal perencanaan tujuan, bahan, teknik, media/alat dan evaluasi.
c. Percobaan Terkontrol
Percobaan tergolong kepada kegiatan penelitian. Percobaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran ialah percobaan yang terkontrol. Ilustrasi tentang tingkat perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga belajar keturunan asing. Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan menggunakan metose elektrik, dan metode terjemahan tanpa  dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan tanpa dibantu vieo kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.














BAB III
PEMBAHASAN

A. Model Sistem Pengembangan Pembelajaran
Paradigma (model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model  pengembangan pembelajaran menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa. Hal ini menekankan pada usaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku warga belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan agar tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan intekrasi dengan lingkungan. Paradigma yang dikembangkan ialah dengan menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.

B. Pengertian Model Pembelajaran
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
C. Macam-Macam Model Perencanaan Pembelajaran
Ada banyak model perencanaan pembelajaran, diantaranya yaitu:
1. Model ASSURE
Model desain pembelajaran Assure ini adalah suatu model desain pembelajaran yang merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang beriorientasi kelas. Heinich mengungkapkan bahwa model desain pembelajaran ini terdiri atas enam tahap kegiatan sebagai berikut:
a.    Analyze learners
b.   States objectivies
c.    Select methods, media, and material
d.   Utilize media and materials
e.    Require learners participation
f.    Evaluate and revise
Analyze Learners, perlu diketahui bagaimana kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal mereka, yaitu berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
States Objectives , menyatakan tujuan pembelajaran harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
Select Methods, Media, and Material,  ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan  dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media  yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
Utilize Media and materials , ada lima langkah  bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
Require Learner Participation, sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
Evaluate and Revise, penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
2. Model ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a.    Analysis
b.   Design
c.    Development
d.   Implementation
e.    Evaluation
Analysis (analisa), yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Design (desain/perancangan), yang kita lakukan dalam tahap desain ini, pertama,  merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media danyang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Development (pengembangan), pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.
Implementation (implementasi/eksekusi) , implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan  sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik), yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada  setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
3. Model Kemp
Model desain system interuksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.
Model system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model Kemp, dilihat dari kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:
a.    Hasil yang ingin dicapai
b.   Analisi tes mata pelajaran
c.    Tujuan khusus belajar
d.   Aktivitas belajar
e.    Sumber belajar
f.    Layanan pendukung
g.   Evaluasi belajar
h.   Tes awal
i.     Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi setelah dievaluasi baik evaluasi sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.
4. Model Banathy
Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model Kemp. Model ini memandang bahwa penyusunan sisten instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.
Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a.    Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik.
b.   Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c.    Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar-mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d.   Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e.    Mengimplementasi dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih sekaligus menilai efektifitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi. 
f.    Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
b.   Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dirumuskan.
5. Model Dick and Carrey
Seperti desain model banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick and Cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Mengapa hal ini perlu dirumuskan? Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus.
Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni scenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi sumative. Evalusi formative berfungsi untuk menilai evektivitas program dan evaluasi sumatife berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnyadilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a.    Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b.   Melaksanakan analisi pembelajaran
c.    Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d.   Merumuskan tujuan performansi
e.    Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f.    Mengembangkan strategi pembelajaran
g.   Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h.   Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.     Merevisi bahan pembelajaran
j.     Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
6. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:
a.    Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh sisiwa, ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
b.   Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.
c.    Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d.   Mengembangkan program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran. Menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e.    Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.
7. Model Gerlach dan Ely
Model pengebangan intruksional yang di kembangan Gerlach dan Ely ini maksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurutnya langkah langkah dalam pengembangan intruksional terdiri dari:
a.    Merumuskan tujuan intruksional
b.   Menentukan isi materi pelajaran
c.    Menetukan kemampuan awal peserta didik
d.   Menentukan teknik dan strategi
e.    Pengelompokan belajar
f.    Menentukan pembagian waktu
g.   Menentukan ruang
h.   Memilih media intruksional yang sesuai
i.     Mengevaluasi hasil belajar
j.     Menganalisis umpan balik.

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa ada banyak model perencanaan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih model perencanaan pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal-asalan. Model yang digunakan haruslah model yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi umpan balik dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Model perencanaan pembelajaran yang baik merupakan pondasi dasar sekaligus kunci pokok dalam kelancaran proses belajar mengajar, maka dari itu kita sebagai calon-calon guru PGSD harus mecermati lebih dalam lagi model perencanaan pembelajaran yang efektif mengikuti perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi yang selalu berubah-rubah.

B.  Saran
Saran dari kami kepada seluruh pembaca adalah lebih banyak menambah buku-buku atau pembelajaran tentang model pengembangan system pembelajaran serta agar lebih mendalami lagi tentang hal tersebut, karena hal tersebut akan membantu kita dalam mengatasi masalah-masalah pengajaran kelak.








                                                 DAFTAR PUSTAKA          

Ahmadi Iif Khoiru. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Harjanto, 2008, ”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Husein, Akhlan & Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdiknas.
Pidarta, made, 2005, perencanaan Pendidikan partisipatoris dengan Pendekatan sistem.
Sanjaya Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sunaryo, Endang, 2000, Teori Perncanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem
Syaifudin, Udin, 2007, Perencanaan pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif.
Wiyani Novan ardy. 2013. Desain pembelajaran pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengembangan-sistem-perencanaan.html
https://rismaalqomar.wordpress.com/2010/06/08/model-model-pengembangan-sistem-pembelajaran/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar